01/01/12

Generasi Pemimpin Bobrok

Sering banget denger dosen bilang kalau kita adalah generasi pemimpin, ya memang benar sih. Karena siapa lagi yang akan melanjutkan pemerintahan dan semua sector yang ada kalau bikan kita manusia-manuasia “intelektual” yang selama bertahun-tahun makan bangku kuliah.hehehe

Tapi sebenernya miris juga dengan keadaan mahasiswa jaman sekarang--u know them so well lah. Berapa banyak sih mahasiswa yang orientasinya terhadap kemajuan dan keberhasilan bangsa dan negaranya? Presentasi nya lebih sedikit dibandingkan dengan mereka yang berorientasi akan kepentingan pribadi.

Coba tengok phenomena yang terjadi sekarang, banyak sekali ajang “instan”. Mulai dari pencarian bakat yang nantinya akan menjadi “penghibur”—yang nama kerennya entertain—sampai pencarian bakat untuk menjadi ustadz. Yang terakhir ini saya masih ga habis pikir, bukannya tugas dan kewajiban sebagai penyebar agama Alloh itu adalah kewajiban setiap umat, lah kenapa sekarang harus ada ajangnya??? Orientasinya apa??? Memang benar agar lebih mudah untuk diterima orang kita harus terkenal, ya setidaknya orang sudah ada apresiasi terhadap kita dari pertama kali melihat—maksudnya bila kita dikenal kan bisa lebih mudah masuk ke semua kalangan. Kalau memang orientasinya begitu saya sih setuju aja, tapi saya pernah denger juga salah seorang “kontestan” disalah satu ajang pencarian ustadz bilang kalau tugas dia hanyalah menyampaikan dan tentang penerimaan orang lain ya urusan masing-masing. Hmm,,hebat banget dia. Saya yang salah memahami sesuatu atau memang salah ya??

Dari phenomena itu saja sudah jelas kita lihat bahwa anak muda jaman sekarang tidak suka bekerja keras—meskipun alibi mereka mengatakan sebaliknya…hehehe. Mereka lebih senang mencari jalan pintas yang tidak banyak kerikil dan bertabur dengan bunga. Mengesampingkan kepentingan bersama demi ego pribadi. Wow—seperti ini yang nantinya akan menjadi pemimpin.

Dilingkungan kampuspun sama saja, sedikit sekali mahasiswa yang orientasi belajarnya untuk mendapatkan ilmu—yang lainnya berorientasi terhadap nilai. Padahal kan nilai itu akan mengikuti jika kita memang memiliki kapasitas dalam hal tertentu—ya mungkin memang tidak sekarang dirasakannya. Orang yang berorientasi belajar akan terus-terusan tersandung, karena dia “memaksakan” dirinya untuk mengerti akan suatu hal, tapi yang lainnya akan dengan mudah mendapatkan nilai baik karena mereka “memaksakan” diri untuk mendapatkan nilia. Orientasi yang berbeda akan menghasilkan output yang berbeda pula.

Pernah denger beberapa mahasiswa berbincang didepan madding, disana terpampang tugas yang harus dikerjakan sebelum liburan. Entah apa maksud dosen itu memberikan tugas seperti itu, mungkin tugasnya itu adalah tugas untuk satu kelas. Desela-sela obrolan, saya mendengar salah seorang mahasiswa bilang “yang pentingkan ada satu orang yang ngumpulin”. Ketawa geli banget denger tuh mahasiswa, kenapa dia ga berpikir kalau satu orang mahasiswa itu adalah dia? Kenapa dia harus menunggu orang lain? Kenapa dia menggantungkan “nasib”nya pada orang lain? Kenapa dia tidak mau berusaha bekerjasama dengan yang lain untuk mengerjakan tugas itu? Kenapa dia lebih memprioritaskan suatu hal yang tidak terlalu urgent? Itu yang akan menjadi pemimpin kita nanti…

Bayangkan seperti apa “hebat” nya Negara kita bila pemimpinnya seperti itu?

Saya bukan orang yang selalu benar dalam berorientasi terhadap suatu hal, tapi saya sedang belajar bagaimana menjadi pribadi yang benar mulai dari orientasi sampai pada implementasi. Saya juga tidak dapat merubah pandangan dan orientasi orang terhadap sesuatu—bukan kapasitas saya untuk membicarakan hal tersebut—karena pemikiran dan kesadaran diri hanya dapat dirubah oleh sang pemilik hati. Mungkin memang Dia menciptakan orang-orang seperti itu untuk menjadi pelajaran bagi kita yang selalu mengamati.