Beberapa bulan lalu saya bertemu dengan teman lama, kebetulan dia baru menyelesaikan pendidikan sarjananya. Terselip kisah unik dan menarik dari kelulusannya itu, mungkin saat ini jika dia membaca tulisan saya dia akan sangat bersyukur sambil tersenyum kecil.
Tidak ada yang salah dengan ungkapan “Bila ada usaha pasti ada jalan”, saya pun sangat setuju dengan ungkapan tersebut. Tapi yang perlu digaris bawahi adalah kata usaha, usaha yang seperti apa sih yang akan menghsilkan buah yang manis. Hal ini benar-benar terjadi pada teman saya yang satu ini. Saya tidak bermaksud menghakimi orang atau pun menganggap diri lebih baik dari orang lain, tapi saya hanya ingin sedikit membandingkan usaha yang saya lakukan dengan usaha yang teman saya lakukan.
Lingkungan merupakan salah satu faktor utama dalam membentuk kepribadian dan kebiasaan seseorang. Kebetulan teman saya itu kuliah dilingkungan yang pendidikan agama islamnya kurang, dan mahasiswa disana berasal dari berbagai macam suku, ras, dan agama. Mungkin karena lingkungan yang seperti itu, dia telah terbawa dalam pemikiran yang sangat rasional dan sangat duniawi. Setiap akibat pasti ada penyebab yang selalu bisa dijelaskan dengan logika.
Menurut ceritanya, kuliahnya berjalan sangat lancar sampai tiba saatnya mengerjakan skripsi. Skripsinya sedikit tersendat karena dosen-dosen pembimbing yang terlampau sibuk, beberapa nilai yang menjadi patokan bisa tidaknya sidang mulai sesah keluar. Banyak alasan yang disampaikan pihak kampus berkenaan dengan nilai tersebut, sampai-sampai para mahasiswa berdemo didepan ruang dekan demi mendapatkan kepastian nasib skripsi mereka yang tinggal disidangkan.
Sementara rekan mahasiswa yang lain sibuk berdemo diluar gedung, teman saya ini bertemu dengan dekan untuk mem bahas masalah ini. Air mata pun jatuh tak tertahankan,,,,hehehe….(lucu sendiri denger ceritanya waktu itu). Dia pikir semua usaha untuk mencapai tujuannya itu sudah dilakukan dengan sempurna. Tapi ternyata dia lupa satu hal, satu hal yang paling penting dari semua usahanya itu. Satu hal yang dia lupakan, dia lupa berdoa, dia lupa meminta pada sang maha kaya, dia lupa meminta pada sang pemberi jalan.
Setelah menyadari kehilafannya itu, dia kemudian berdoa dan memohon ampun atas kesombongannya selama ini. Doa dengan penuh keikhlasan dan hanya mengharapkan ridho-Nya yang membuat semua jalannya terbuka lebar. Semua dosen pembimbing yang susah ditemui, akhirnya bisa membantu dia menyelesaikan skripsinya. Nilai-nilai yang sulit keluar, akhirnya muncul dengan manis dan memberinya sedikit senyuman. Sidang yang dipikirnya akan sangat menyulitkan, berakhir dengan senyum manis dan sedikit “keanehan” para dosen pembimbing dan penguji.hehehehe
Dan akhirnya wisuda itu pun datang dengan sejuta kebanggan dan syukur.
Kawan, begitulah sedikit perjalanan hidup yang dibagi tanpa paksaan dan kepedihan. Semua yang ada dibumi ini sudah ada yang mengaturnya, semua yang kita usahakan belum tentu menjadi ridhonya Alloh, dan semua usaha kita harus dibarengi dengan doa yang tulus hanya mengharap keridhoan-Nya. So,,,jangan lupa berdoa ya……
Success to you all,,,,,
*thanks to my friend for giving me very best story
Tidak ada komentar:
Posting Komentar