“when profession not just professionalism”
Biasalah malam senin kelabu, ga ada tontonan yang bagus.
Secara ya sekarang saya sudah jadi pengangguran yang waktunya banyak dihabiskan
dengan menyenangkan diri sendiri…hehehe. Eh tetiba lagi mindah-mindahin channel
tipi nyantol di satu stasiun televisi baru, dan menayangkan film korea. Ya
sudah, dari pada ga ada tontonan, jadilah film itu yang menemani malam senin
saya.
Menurut saya ceritanya sederhana, tentang kehidupan didalam
penjara wanita. Dan yang diceritakannya pun sederhana, hanya sekelompok orang
yang ada dalam satu sel didalam penjara wanita tersebut. Disana ada empat
penghuni, yang menjadi center cerita ada dua orang yaitu tahanan wanita
setengah baya dan seorang ibu yang terpaksa melahirkan anaknya didalam penjara.
Rata-rata kasus yang menjerat mereka relative sama, yaitu melakukan pembunuhan,
hanya motifnya saja yang berbeda. Suatu hari, petugas memasukan tahanan baru.
Ia pun tersandung kasus pembunuhan, orangnya pendiam dan merasa sangat persalah
dengan apa yang telah dilakukannya sampai-sampai dia ingin mengakhiri hidupnya
sendiri. Ia tak mau diganggu oleh siapapun, sampai-sampai dia tidak mau
menerima kunjungan dar ibunya.
Sedangkan wanita paruh baya yang menjadi center cerita, dia
bermasalah dengan anaknya. Anaknya tidak mau sekalipun mengunjungi, karena
merasa ibunya itu telah menghancurkan seluruh hidupnya. Dan wanita yang
terpaksa melahirkan anak dipenjara, dia tengah menunggu hari dimana anaknya
harus direlakan untuk diadopsi oleh orang lain.
Cerita berjalan biasa saja, menceritakan kegiatan yang
terjadi sehari-hari di penjara. Sampai pada suatu hari, ada paduan suara yang
menghibur para narapidana. Seorang narapidana—wanita yang memiliki
anak—mengusuklan untuk membuat paduan suara juga. Ia menyampaikan argumennya
bahwa hal tersebut dapat memberikan perubahan pada pada napi dan meminta reward
bila berhasil. Awalnya rencana tersebut terasa sangat sulit, karena hanya dia
yang memiliki motivasi untuk mendirikan paduan suara, tanpa memiliki
pengetahuan tentang musik, terlebuh hanya seorang petugas saja yang mendukung
programnya tersebut.
Namun, akhirnya dia berhasil menemukan orang yang dapat
menjadi pemimpin paduan suara tersebut—wanita paruh baya—dan dapat membentuk
kelompok dengan pembagian suara. Ternyata menggabungkan orang tidaklah semudah
yang dibayangkan, banyak sekali hambatan yang ditemui karena masing-masing
memegang egonya sendiri. Namun, dengan komunikasi yang baik hal tersebut dapat
teratasi.
Mereka terus berlatih dengan dibantu oleh seorang petugas
penjara, akhirnya sampailah pada saat mereka harus tampil didepan pimpinan
penjara. Dan tak disangka penampilan mereka memukau pimpinan penjara. Maka reward-pun siap diberikan pada penggagas
ide tersebut. Hadiahnya adalah bebas sehari, tapi ternyata hari itu bertepatan
dengan hari adopsi anaknya. Dengan berurai air mata, ia harus merelakan anaknya
diadopsi orang lain demi mendapatkan kehidupan yang lebih layak.
Tidak sampai disitu, karena keberhasilan paduan suara
tersebut mereka diikutsertakan untuk tampil pada acara kompetisi paduan suara.
Dan yang lebih menyenangkan lagi adalah, mereka dapat bertemu dengan anggota
keluarganya. Ada beberapa anggota keluarga napi yang tidak bersedia untuk
menghadiri acara tersebut, namun salah seorang petugas penjara dengan
inisiatifnya memberikan undangan secara langsung. Dia menemui keluarga
narapidana satu per satu.
Setelah kompetisi berlangsung, para napi bertemu dengan
anggota keluarganya begitu pula dengan napi yang pada awalnya tidak bersedia
menemui anggota keluarganya atau sebaliknya.
Diakhir cerita, napi wanita paruh baya tersebut harus
menghadapi eksekusi mati yang telah direncanakan.
Tapi, yang saya soroti bukanlah napi-napi yang ada disana
ataupun kompetisi paduan suara tersebut, tapi petugas penjara yang dari awal
mendukung program pembuatan paduan suara. Yang terus mendukung para napi dan
selalu menjalankan tugas dengan penuh rasa manusiawi. Karena ternyata meskipun
narapidana, mereka masih manusia, mereka membutuhkan apresiasi dari orang lain,
mereka membutuhkan pengakuan dan rasa aman.
Bekerja dengan manusia tidak semudah bekerja dengan benda,
banyak yang harus diperhatikan, banyak yang harus ditoleransi. Sisi kemanusiaan
sangat menonjol pada film tersebut, ya mengajari saya juga bahwa masih banyak
hal-hal yang perlu diperhatikan ketika kita berinteraksi dengan orang lain…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar