09/07/13

Harmony

“when profession not just professionalism”


Biasalah malam senin kelabu, ga ada tontonan yang bagus. Secara ya sekarang saya sudah jadi pengangguran yang waktunya banyak dihabiskan dengan menyenangkan diri sendiri…hehehe. Eh tetiba lagi mindah-mindahin channel tipi nyantol di satu stasiun televisi baru, dan menayangkan film korea. Ya sudah, dari pada ga ada tontonan, jadilah film itu yang menemani malam senin saya.

Menurut saya ceritanya sederhana, tentang kehidupan didalam penjara wanita. Dan yang diceritakannya pun sederhana, hanya sekelompok orang yang ada dalam satu sel didalam penjara wanita tersebut. Disana ada empat penghuni, yang menjadi center cerita ada dua orang yaitu tahanan wanita setengah baya dan seorang ibu yang terpaksa melahirkan anaknya didalam penjara. Rata-rata kasus yang menjerat mereka relative sama, yaitu melakukan pembunuhan, hanya motifnya saja yang berbeda. Suatu hari, petugas memasukan tahanan baru. Ia pun tersandung kasus pembunuhan, orangnya pendiam dan merasa sangat persalah dengan apa yang telah dilakukannya sampai-sampai dia ingin mengakhiri hidupnya sendiri. Ia tak mau diganggu oleh siapapun, sampai-sampai dia tidak mau menerima kunjungan dar ibunya.

Sedangkan wanita paruh baya yang menjadi center cerita, dia bermasalah dengan anaknya. Anaknya tidak mau sekalipun mengunjungi, karena merasa ibunya itu telah menghancurkan seluruh hidupnya. Dan wanita yang terpaksa melahirkan anak dipenjara, dia tengah menunggu hari dimana anaknya harus direlakan untuk diadopsi oleh orang lain.

Cerita berjalan biasa saja, menceritakan kegiatan yang terjadi sehari-hari di penjara. Sampai pada suatu hari, ada paduan suara yang menghibur para narapidana. Seorang narapidana—wanita yang memiliki anak—mengusuklan untuk membuat paduan suara juga. Ia menyampaikan argumennya bahwa hal tersebut dapat memberikan perubahan pada pada napi dan meminta reward bila berhasil. Awalnya rencana tersebut terasa sangat sulit, karena hanya dia yang memiliki motivasi untuk mendirikan paduan suara, tanpa memiliki pengetahuan tentang musik, terlebuh hanya seorang petugas saja yang mendukung programnya tersebut.

Namun, akhirnya dia berhasil menemukan orang yang dapat menjadi pemimpin paduan suara tersebut—wanita paruh baya—dan dapat membentuk kelompok dengan pembagian suara. Ternyata menggabungkan orang tidaklah semudah yang dibayangkan, banyak sekali hambatan yang ditemui karena masing-masing memegang egonya sendiri. Namun, dengan komunikasi yang baik hal tersebut dapat teratasi.

Mereka terus berlatih dengan dibantu oleh seorang petugas penjara, akhirnya sampailah pada saat mereka harus tampil didepan pimpinan penjara. Dan tak disangka penampilan mereka memukau pimpinan penjara. Maka reward-pun siap diberikan pada penggagas ide tersebut. Hadiahnya adalah bebas sehari, tapi ternyata hari itu bertepatan dengan hari adopsi anaknya. Dengan berurai air mata, ia harus merelakan anaknya diadopsi orang lain demi mendapatkan kehidupan yang lebih layak.

Tidak sampai disitu, karena keberhasilan paduan suara tersebut mereka diikutsertakan untuk tampil pada acara kompetisi paduan suara. Dan yang lebih menyenangkan lagi adalah, mereka dapat bertemu dengan anggota keluarganya. Ada beberapa anggota keluarga napi yang tidak bersedia untuk menghadiri acara tersebut, namun salah seorang petugas penjara dengan inisiatifnya memberikan undangan secara langsung. Dia menemui keluarga narapidana satu per satu.
Setelah kompetisi berlangsung, para napi bertemu dengan anggota keluarganya begitu pula dengan napi yang pada awalnya tidak bersedia menemui anggota keluarganya atau sebaliknya.
Diakhir cerita, napi wanita paruh baya tersebut harus menghadapi eksekusi mati yang telah direncanakan.

Tapi, yang saya soroti bukanlah napi-napi yang ada disana ataupun kompetisi paduan suara tersebut, tapi petugas penjara yang dari awal mendukung program pembuatan paduan suara. Yang terus mendukung para napi dan selalu menjalankan tugas dengan penuh rasa manusiawi. Karena ternyata meskipun narapidana, mereka masih manusia, mereka membutuhkan apresiasi dari orang lain, mereka membutuhkan pengakuan dan rasa aman.

Bekerja dengan manusia tidak semudah bekerja dengan benda, banyak yang harus diperhatikan, banyak yang harus ditoleransi. Sisi kemanusiaan sangat menonjol pada film tersebut, ya mengajari saya juga bahwa masih banyak hal-hal yang perlu diperhatikan ketika kita berinteraksi dengan orang lain…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar