18/02/12

Heran


Terkadang kita tidak menyadari apa yang telah kita lakukan, apakah itu baik atau buruk. Semuanya hanyalah pandangan dari satu sisi saja, ya pandangan dari si pelakunya. Hal-hal baik yang kita lakukan berdasarkan pandangan kita saja, belum tentu mendapatkan respon yang baik dari orang lain. Bisa jadi orang malah berpikir sebaliknya dan menganggap kita terlalu ikut campur akan suatu hal yang tidak secara langsung kita terlibat didalamnya. 

Ada beberapa contoh yang membuat saya geli, dari beberapa orang yang saya pandang terlalu tinggi. Pertama, orang ini sangat loyal terhadap apa yang dikerjakannya. Sampai-sampai dia dianggap sebagai salah satu orang yang paling berpengaruh dalam lingkungannya. Effort nya memang sangat besar, sampai dia jungkir balik untuk mempertahankan dan menjaga eksistensinya. “Permainannya” sangat cantik, rapi, dan terstruktur,  tapi semuanya berubah 180 derajat ketika kepercayaan yang dibangun diruntuhkan oleh keserahan. Disini saya tidak akan “menghakimi” orang, tapi hanya ingin berkaca diri. Tidak ada maksud untuk memojokan atau memperolok orang lain. 

Kedua, orang ini memandang dunia sebagai musuhnya. Dihadapan dia semua hal mencurigakan, semua hal perlu diperiksa kebenarannya, dan sangat sulit membangun kepercayaan dengannya. Diapun berjuang dengan keras untuk orang-orang yang menurutnya perlu perlindungan dan pembelaan dari dirinya. Dia bergerak lebih agresif, lebih berani mengakatakan “tidak” untuk hal yang menurutnya tidak sesuai dengan pemahaman dia. Padahal bisa jadi hal tersebut benar bila dilihat dari sisi yang berbeda.

Dan keduanya terjebak dalam suatu keadaan dimana mereka tidak bisa lagi bertahan dalam lingkungan tersebut. Bukan karena menyerah dengan keadaan, tapi lebih pada pemberontakan yang sudah tidak dapat dibendung. Pertarungan dengan diri sendiri membuat mereka menyerah untuk mempertahankan apa yang mereka yakini—tapi entahlah keyakinan itu bersumber dari mana.

Hal yang paling membuat saya heran adalah setelah mereka memutuskan untuk keluar dari sistem tersebut, dari lingkungan yang tidak dapat diajak “kompromi” dan meninggalkan semua masalah yang sudah terlanjur mereka ketahui. Dari luar sana, mereka masih sangat ingin terlibat didalamnya dengan persepsi yang masih sama dengan saat mereka meninggalkan tempat itu. Padahal tanpa disadari waktu berlalu dan merubah yang ada dalam lingkungan tersebut. Orang pertama terus “menyemangati” orang-orang yang ada didalamnya agar memiliki pemikiran seperti dirinya, terus mengomentari apa yang terjadi, dan masih terus ingin dianggap ada dalam lingkungan itu. Dan orang kedua lebih “buruk” lagi, dia seperti tidak bisa meninggalkan lingkungan itu. Dimanapun dia berada sekarang, yang dilakukannya hanyalah berbuat seperti dia masih berada dilingkungan tersebut, dia beranggapan dia yang masih memegang wewenang itu.

Sebenarnya apa yang mereka cari? Eksistensi diri? Atau apa?
Apa masih ada gunanya berkoar-koar dari luar, sedangkan kita tidak mengerti apa yang tengah terjadi didalam sana?

Maka dari itu, saya lebih memilih untuk jadi penonton yang bisa mengambil hikmah atas apa yang telah saya saksikan.

Bisa jadi yang baik menurutmu belum tentu baik dihadpan Alloh, dan bisa jadi yang buruk menurutmu adalah yang terbaik dihadapan Alloh.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar