Terkadang kita tidak menyadari apa yang telah kita lakukan,
apakah itu baik atau buruk. Semuanya hanyalah pandangan dari satu sisi saja, ya
pandangan dari si pelakunya. Hal-hal baik yang kita lakukan berdasarkan
pandangan kita saja, belum tentu mendapatkan respon yang baik dari orang lain. Bisa
jadi orang malah berpikir sebaliknya dan menganggap kita terlalu ikut campur
akan suatu hal yang tidak secara langsung kita terlibat didalamnya.
Ada beberapa contoh yang membuat saya geli, dari beberapa
orang yang saya pandang terlalu tinggi. Pertama, orang ini sangat loyal
terhadap apa yang dikerjakannya. Sampai-sampai dia dianggap sebagai salah satu
orang yang paling berpengaruh dalam lingkungannya. Effort nya memang sangat
besar, sampai dia jungkir balik untuk mempertahankan dan menjaga eksistensinya.
“Permainannya” sangat cantik, rapi, dan terstruktur, tapi semuanya berubah 180 derajat ketika
kepercayaan yang dibangun diruntuhkan oleh keserahan. Disini saya tidak akan “menghakimi”
orang, tapi hanya ingin berkaca diri. Tidak ada maksud untuk memojokan atau
memperolok orang lain.
Kedua, orang ini memandang dunia sebagai musuhnya. Dihadapan
dia semua hal mencurigakan, semua hal perlu diperiksa kebenarannya, dan sangat
sulit membangun kepercayaan dengannya. Diapun berjuang dengan keras untuk orang-orang
yang menurutnya perlu perlindungan dan pembelaan dari dirinya. Dia bergerak
lebih agresif, lebih berani mengakatakan “tidak” untuk hal yang menurutnya
tidak sesuai dengan pemahaman dia. Padahal bisa jadi hal tersebut benar bila
dilihat dari sisi yang berbeda.
Dan keduanya terjebak dalam suatu keadaan dimana mereka
tidak bisa lagi bertahan dalam lingkungan tersebut. Bukan karena menyerah
dengan keadaan, tapi lebih pada pemberontakan yang sudah tidak dapat dibendung.
Pertarungan dengan diri sendiri membuat mereka menyerah untuk mempertahankan
apa yang mereka yakini—tapi entahlah keyakinan itu bersumber dari mana.
Hal yang paling membuat saya heran adalah setelah mereka
memutuskan untuk keluar dari sistem tersebut, dari lingkungan yang tidak dapat
diajak “kompromi” dan meninggalkan semua masalah yang sudah terlanjur mereka
ketahui. Dari luar sana, mereka masih sangat ingin terlibat didalamnya dengan
persepsi yang masih sama dengan saat mereka meninggalkan tempat itu. Padahal tanpa
disadari waktu berlalu dan merubah yang ada dalam lingkungan tersebut. Orang pertama
terus “menyemangati” orang-orang yang ada didalamnya agar memiliki pemikiran
seperti dirinya, terus mengomentari apa yang terjadi, dan masih terus ingin dianggap
ada dalam lingkungan itu. Dan orang kedua lebih “buruk” lagi, dia seperti tidak
bisa meninggalkan lingkungan itu. Dimanapun dia berada sekarang, yang
dilakukannya hanyalah berbuat seperti dia masih berada dilingkungan tersebut,
dia beranggapan dia yang masih memegang wewenang itu.
Sebenarnya apa yang mereka cari? Eksistensi diri? Atau apa?
Apa masih ada gunanya berkoar-koar dari luar, sedangkan kita
tidak mengerti apa yang tengah terjadi didalam sana?
Maka dari itu, saya lebih memilih untuk jadi penonton yang
bisa mengambil hikmah atas apa yang telah saya saksikan.
Bisa jadi yang baik menurutmu belum tentu baik dihadpan Alloh, dan bisa jadi yang buruk menurutmu adalah yang terbaik dihadapan Alloh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar